Menuju konten utama

Yang Semakin Langka: Lagu Anak di Indonesia  

Anak-anak butuh lagu-lagu yang mendukung pendidikan karakter mereka.

Yang Semakin Langka: Lagu Anak di Indonesia  
Enno Lerian, 1997. FOTO/Youtube

tirto.id - Fly me to the moon

Let me play among the stars

Let me see what spring is like

On Jupiter and Mars

In other words, hold my hand

In other words, darling, kiss me

Sambil menyanyikan lirik lagu tersebut, anak perempuan berusia delapan tahun itu memasuki panggung. Masih dengan gaya khasnya berupa rambut yang disisir seadanya dan kaki telanjang tanpa menggunakan alas kaki, ia sekali lagi membuat juri Norway Got Talent beserta penontonnya terkagum-kagum dengan suaranya, yang disebut-sebut sebagai reinkarnasi Amy Winehouse.

Adalah Angelina Jordan, gadis cilik yang dua tahun lalu menjadi juara di ajang pencarian bakat di Norwegia tersebut. Selain "Fly Me to the Moon" yang menarik banyak viewer YouTube, ia juga pernah menyanyikan "I’m a Fool to Want You," "Gloomy Sunday," "I Put A Spell On You," "Back to Black,"dan lain sebagainya.

Suara khas dan penampilannya yang selalu menarik memang pantas mendapat penghargaan dari seluruh penikmatnya. Namun, sebuah pertanyaan muncul: apakah seorang anak berusia 8 tahun sungguh-sungguh paham lirik "lagu dewasa" yang dinyanyikannya? Apakah Jordan sungguh paham lirik "I'm a fool to hold you, to seek a kiss, not mine aloneto share a kiss that devil has know" yang dinyanyikannya?

Beberapa waktu lalu, YouTube kembali diramaikan dengan aksi gadis cilik dan dansa Despacitonya. Adalah Niana Guerrero, gadis cilik yang katanya sangat menyukai lagu yang dipopulerkan oleh Luis Fonsi, Daddy Yankee, dan Justin Beiber tersebut. Di sisi lain, lirik tersebut sarat dengan makna-makna yang berbau seksualitas, yang sebenarnya menyasar segmen usia tertentu, tentu saja bukan anak-anak.

Yang terjadi pada Niena dan Angelina juga ada di sekeliling kita. Anak-anak kecil sekarang lebih akrab dengan lagu-lagu Justin Beiber dan Shawn Mendes dibanding lagu-lagu ciptaan A.T. Mahmud atau Bu Sud. Anak-anak tak bisa disalahkan karena memang mereka hampir tak mempunyai pilihan.

Berbeda dengan anak yang tumbuh pada dekade 1990-an misalnya, yang mempunyai akses luas dengan lagu-lagu anak kecil, baik lagu anak populer maupun bukan. Pada zamannya, mereka dapat mengakses lagu-lagu tersebut, baik melalui media televisi, radio, film, sampai dengan kaset pita.

Selain itu, masih banyak penyanyi cilik dan pencipta lagu yang bersetia di jalurnya untuk memberi hiburan sekaligus pendidikan melalui lagu kepada seluruh penikmatnya.

Ardinal, mahasiswa Universitas Negeri Padang dalam tulisannya mengenai analisis struktur musik dan lagu anak-anak Indonesia menyebutkan bahwa menghilangnya lagu anak-anak di masyarakat Indonesia disebabkan ekspansi seni komersial. Seni komersial yang melekat pada industri lagu-lagu orang dewasa dinilai lebih mempunyai nilai jual dan permintaan yang tinggi.

Penelitian tersebut juga menjelaskan bahwa pola ritmis, melodis, interval, tempo, hingga range nada pada lagu pop orang dewasa yang diambil sebagai sampel penelitian, belum layak dinyanyikan oleh anak-anak. Membiarkan anak-anak menyanyikan lagu dewasa bukanlah hal bijak dan berisiko. Mereka bisa mengalami cedera pita suara, juga kram otot rahang.

Anak-anak dan musik sejatinya adalah dua hal yang tak terpisahkan. Sejak dalam kandungan, janin bahkan telah mendengarkan musik yang dimainkan di sekitar ibunya berada. Lagu tidak dapat dipisahkan dari kegiatan pembelajaran pada anak. Anak-anak bermain dengan lagu, bahkan mereka belajar dengan lagu sebagai medium.

Fathur Rasyid dalam buku Cerdaskan Anakmu dengan Musik menjelaskan bahwa lagu anak seharusnya memegang beberapa fungsi pembelajaran. Beberapa di antaranya terjadi melalui bahasa emosi, bahasa nada, dan bahasa gerak. Melalui bahasa emosi, bernyanyi membuat seorang anak dapat mengungkapkan perasaannya: senang, sedih, lucu, kagum, dan sebagainya.

Lagu-lagu anak juga idealnya punya misi pendidikan dalam liriknya. Syair dan kalimatnya jangan terlalu panjang agar mudah dihafal dan sesuai dengan karakter serta dunia anak. Lagu anak seharusnya juga dapat membantu pertumbuhan dan perkembangan diri anak, baik aspek fisik, emosi, kecerdasan, maupun aspek sosial.

infografik nyanyian bocah

Sufeni Susilo, manajer pemasaran pada Gema Nada Pertiwi, menyebutkan bahwa lagu anak sangat penting dan bermanfaat bagi anak, karena mampu menstimulasi (dorongan) kreativitas, hafalan, dan keseimbangan bagi anak. Lagu anak seharusnya berguna yang luar biasa bagi perkembangan kognitif, psikomotorik, dan afektif anak.

Anak mempunyai kecenderungan belajar dari suara atau bunyi yang didengarkannya. Yang menjadi masalah adalah ketika anak dihadapkan pada pilihan-pilihan lagu-lagu yang sebenarnya belum layak mereka hayati. Bayangkan jika anak Anda mengulang-ulang menyanyikan lirik: "Ku ingin kau mati saja ku ingin kau pergi saja."

Tentu, akan lebih baik jika anak-anak menyanyikan lagu bernada dan berlirik riang, seperti yang dinyanyikan Enno Lerian dua puluhan tahun lalu:

Kamu makannya apa

Saya juru masaknya

Ada tempe goreng , ada ayam goreng

Semua yang digoreng (oseng, oseng, oseng )

Sayurnya pilih saja

Semua ada di meja.

Baca juga artikel terkait PENDIDIKAN ANAK atau tulisan lainnya dari Yulaika Ramadhani

tirto.id - Musik
Reporter: Yulaika Ramadhani
Penulis: Yulaika Ramadhani
Editor: Maulida Sri Handayani